Tuesday, 12 July 2011

Olu Bay (Pantai Olu) - Part 1

Olu Bay (Pantai Olu) adalah nama salah satu pantai yang terdapat di Pulau Habitat. Pulau Habitat berada di bagian bumi yang terasing, tak tampak di peta.

Di pulau ini masih terdapat pemandangan asri yang belum terjamah oleh bangsa luar. Penduduknya pun hidup rukun, damai, dan sejahtera. Meskipun mereka berasal dari golongan yang berbeda. Tak ada yang namanya berprasangka buruk, membenci, apalagi mencaci maki. Hidup mereka layaknya hidup di alam yang alami, bebas dari ancaman polusi, limbah, dan kerusakan alam lainnya. Udara yang dihirup begitu ringan melegakan dada. Air di sungai nan jernih mampu dijadikan tempat bercermin. Tanahnya subur ditandai begitu banyak flora yang mampu tumbuh hingga lebih dari 3m.

Namun, sejak kedatangan Bangsa Nungsa, keadaan lambat laun jadi berubah. Hutan-hutan dibabat habis untuk dijadikan pemukiman mereka. Udara bercampur dengan polusi asap yang dihasilkan dari pabrik-pabrik mereka, belum lagi ditambah dengan hasil pembakaran sampah non-organik, dan asap kendaraan bermotor. Air di pulau ini pun banyak tercemar limbah pabrik yang dibuang seenaknya tanpa memerdulikan lingkungan Pulau Habitat. Banyak penghuni Pulau Habitat yang harus kehilangan nyawanya karena dibunuh bangsa Nungsa ketika memertahankan wilayah hidup mereka.

Bangsa Nungsa kian menjadi tamak dan semena-mena setelah berhasil membunuh pelindung pulau ini, Trista.

Banyak penghuni dari pulau ini yang terpaksa berdamai dengan bangsa Nungsa sebagai budak mereka. Terpaksa berkhianat demi menyelamatkan diri. Melihat realita ini, Qua, sejenis makhluk yang berasal dari laut, mengajak beberapa temannya untuk meminta bantuan ke dunia luar. Mereka adalah Wat yang berasal dari daratan, dan Ara yang datang dari langit. Mereka mendatangi sebuah tempat rahasia yang hanya diketahui oleh mereka bertiga.

Sewaktu mereka kecil, mereka tanpa sengaja menemukan sebuah tempat yang tak terurus oleh penghuni pulau ini. Banyak bongkahan kayu lapuk yang sudah ditumbuhi jamur, dan daun-daun yang telah mengering. Tempat itu tak lebih seperti tempat daur ulang di pulau ini.

Di tempat pembuangan ini, mereka bertiga menemukan sebuah bongkahan kayu yang konon dulunya menjadi penjaga pulau ini. Tapi sayangnya, sang penjaga pulau harus meninggalkan tugasnya karena kalah melawan bangsa Nungsa pada waktu penyerangan pertama. Benar, itu adalah jasad dari Trista, sang pelindung pulau.

Qua, Ara, dan Wat masih percaya akan roh Trista yang masih setia menjaga Pulau Habitat. Meski raganya tak lagi bisa membela tanah air tercintanya. Maka dari itu, mereka bertiga datang kemari untuk meminta kepada roh sang penjaga menolong para pribumi pulau ini. Mereka meminta agar roh Trista mengirimkan makhluk dari dunia di luar sana.

Mereka bertiga memutuskan untuk tidak meninggalkan tempat pembuangan itu. Mereka akan tetap tinggal disana sampai ada bantuan datang dari dunia luar. Dari tempat pembuangan itu, mereka sering mendengar suara tembakan berkali-kali yang datang dari arah hutan. Jeritan dan tangisan acapkali merasuki telinga mereka. Mereka terteror dengan keadaan itu.


bersambung...

No comments:

Post a Comment